Kita tahu bahwa Indonesia merupakan negara agraris dengan komoditas buah lokal yang melimpah. Salah satu daerah pusat penghasil buah lokal di Indonesia adalah Kabupaten Banyuwangi. Menurut Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, pada tahun 2020 produksi buah naga di Banyuwangi mencapai 82.544 ton per tahun. Selain itu, di Desa Tegalrejo, Kabupaten Banyuwangi, terdapat budidaya labu kuning yang dikelola oleh masyarakat setempat. Sayangnya, hasil yang melimpah dari buah naga dan labu kuning tersebut belum bisa dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat setempat. Tingginya produksi buah naga di Banyuwangi sering menyebabkan terjadinya surplus. Per bulan Februari 2023, pada masa panen, harga buah naga anjlok hingga Rp5000,00/kg dan hal tersebut membuat para petani merugi. Sama halnya dengan buah labu kuning, selama ini hanya biji buah dari labu kuning saja yang dimanfaatkan, padahal daging buah labu kuning juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Buah labu kuning kaya akan zinc, kalium, zat besi, serat, dan vitamin A.
Sementara itu, buah naga merah memiliki kandungan kalium, fosfor, serta antioksidan (Aryanta, 2022). Di sisi lain, berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional, sebanyak 83,64% anak di Indonesia kurang mengonsumsi buah. Padahal, kurangnya konsumsi buah menyebabkan anak rentan mengalami defisiensi mikronutrien, seperti defisiensi zinc, kalium, fosfor, zat besi, dan vitamin A, serta kekurangan asupan serat (Wulandari, 2019).
Berangkat dari dua permasalahan tersebut, tim PKM SAE Fruit Leather melihat bahwa dalam hal ini, inovasi produk pangan sangatlah dibutuhkan. Dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, terdapat peluang besar untuk membuat produk pangan fungsional dari labu kuning dan buah naga merah yang dapat disukai oleh anak-anak, yaitu produk pangan fungsional bernama SAE Fruit Leather.

Tim PKM SAE Fruit Leather yang beranggotakan 5 orang, yaitu Muhammad Attar Gibran, Bernadeta Tresnanira, Trisha Nadira, Divara Hana, dan Azra Syifa, membuat inovasi produk pangan fungsional yang kaya akan serat dan zat gizi berupa dendeng buah atau fruit leather yang terbuat dari buah naga merah dan labu kuning. Produk ini merupakan sebuah inovasi baru untuk membuat camilan sehat dari buah lokal yang dapat disukai oleh anak-anak. Dendeng buah diproduksi menggunakan alat pengering berupa dehydrator agar kandungan nutrisi dari buah tetap terjaga. Produk kami dibuat tanpa menggunakan bahan pengawet sehingga aman dikonsumsi oleh anak-anak, terutama anak-anak pada usia sekolah di bangku SD dan SMP. Produk SAE Fruit Leather telah lolos uji keamanan pangan TPC bakteri dan jamur, serta telah melalui uji kandungan gizi. Selain itu, produk SAE Fruit Leather juga dapat disantap dengan menggunakan es krim untuk menambah cita rasa yang disukai oleh anak-anak.
Saat membeli produk SAE Fruit Leather, konsumen juga akan mendapatkan QR Code yang terhubung dengan website SAE. Pada website tersebut, konsumen dapat mengetahui fakta-fakta unik seputar buah naga merah dan labu kuning, serta mengikuti cerita petualangan SAE bersama tiga karakter maskot SAE, yaitu Desva, Sina, dan Luha.
Tim PKM kami berharap produk ini dapat ikut mewujudkan Indonesia Emas 2045 dengan membantu memenuhi asupan serat dan mikronutrien bagi generasi penerus bangsa, membantu usaha perekonomian para petani buah naga dan labu kuning, serta melibatkan penggunaan IPTEK dalam pengembangan usaha dan produk pangan fungsional.
Author: Divara Hana Vania